Monthly Archives: November 2014

BANGUNAN HEMAT ENERGI

Standard

BANGUNAN HEMAT ENERGI
ENERGY CHALLENGE

Bangunan Hemat Energi merupakan sebuah pendekatan pembangunan yang mencakup keselarasan antara manusia dan lingkungan alamnya dengan meminimalkan penggunaan bahan bangunan yang berpotensi membahayakan kesehatan penghuni dan lingkungannya dengan upaya memilah bahan bangunan yang ramah lingkungan sehingga mengurangi dampak keseluruhan dari lingkungan yang dibangun pada kesehatan manusia dan lingkungan alam. Dengan tujuan membenahi iklim mikro. Karena pada saat semakin maraknya pembangunan gedung gedung pencakar langit sehingga kita perlu memperhatikan penggunaan bahan-bahan yang digunakan.
Namun, memilih untuk hemat energy bukan berarti kita harus mengobarkan sesuatu seperti membaca ditempat gelap agar tidak perlu menyalakan lampu membiarkan ac mati saat kepanasan dsb, tetapi kita hanya menggunakan seperlunya seperti mematikannya ketika pagi hari dan malam hari ketika beranjak tidur, mematikan ac ketika tidak digunakan agar tidak menyala sepanjang hari dengan melakukan itu kita telah berhemat pembiayaan listrik dan menyelamatkan bumi. Dalam bidang pembangunan juga ada beberapa bahan bangunan yang termasuk kategori bahan ramah lingkungan seperti, semen keramik, batu bata, alumunium dan baja. Penggunakan kayu bukn tidak hemat energy tetapi Karena penggunakan kayu menyebabkan banyaknya penebangan liar yang tak terkendali selain itu banyak pemanfaatan kayu yang diganti oleh alumunium.
Tindakan seperti apa yang harus kita lakukan untuk hemat energy pada rumah tinggal?
1. Menggunakan Teknologi yang efesiensi energy
2. Mengganti bola lampu dengan lampu tipe CFL (lampu ini menghemat energy hingga 40%)
3. Memperbanyak jendela di langit-langit agar ketika pagi-sore hari kita bias memanfaatkan sinar matahari sebagai pencahayaan

Bagaimana cara penerapan hemat energy pada sebuah bangunan?

  • Retrofitting Gedung
    Proses merombak ulang sebuah bangunan, atau sebagai bagian dari bangunan yang telah dibangun, Struktur gedung dapat dirombak agar lebih efisien misalnya dalam pemanfaatan cahaya alami, selain itu penempatan dinding yang strategis, langit cahaya alami di dalam ruangan. Sedangkan dari segi desain interior, penempatan furnitur dan pemilihan bahan bangunan juga mempengaruhi tingkat kenyamanan penggunaan gedung.
  • RETROFTTING

  • Gedung harus memiliki sistem operasional dan peralatan yang juga hemat energi
    misalnya sistem HVAC (Heating, Ventilating and Air Conditioning) yang efisien, pencahayaan alami yang maksimal serta peralatan yang hemat energi.
  • Desain gedung hemat energI
    membatasi lahan terbangun, layout sederhana, ruang mengalir, kualitas bangunan bermutu, efisiensi bahan, dan material ramah lingkungan. Atap-atap bangunan dikembangkan menjadi taman atap (roof garden, green roof) yang memiliki nilai ekologis tinggi (suhu udara turun, pencemaran berkurang, ruang hijau bertambah).
  • Mari kita terapkan hal-hal kecil tersebut untuk memberikan maanfat dan kenyamanan bukan hanya terhadap diri sendiri tetapi kepada orang sekitar kita dan orang-orang dimasa depan, sehingga penghematan energy dapat menyelamatkan bumi dari dampak global warming dan bumi kembali sehat.

    http://noviaclarabianca.blogspot.com/2012/01/arsitektur-ramah-lingkungan-dan-hemat.html

    BANGUNAN EKO-ARSITEKTUR

    Standard

    Eko-Arsitektur

    Apa Pengertian Ekologi dan Arsitektur?
    Ekologi adalah hal-hal yang saling mempengaruhi segala jenis makhluk hidup (tumbuhan, binatang, manusia) dan lingkungannya (cahaya, suhu, curah hujan, kelembapan, topografi, dsb). Demikian juga proses kelahiran, kehidupan, pergantian generasi, dan kematian yang semuanya menjadi bagian dari pengetahuan manusia. Proses itu berlangsung terus dan dinamakan sebagai ‘hukum alam’.
    Ekologi didefinisikan sebagai ilmu tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Mempelajari bagaimana makhluk hidup dapat mempertahankan kehidupannya dengan mengadakan hubungan antar makhluk hidup dan lingkungannya.

    Ekologi dan Arsitektur

    Atas dasar pengetahuan dasar-dasar ekologi yang telah diuraikan, maka perhatian pada arsitektur sebagai ilmu teknik dialihkan kepada arsitektur kemanusiaan yang memperhitungkan juga keselarasan dengan alam dan kepentinagan manusia penghuninya. Pembangunan rumah atau tempat tinggal sebagai kebutuhan kehidupan manusia dalam hubungan timbal balik dengan lingkungan alamnya dinamakan arsitektur ekologis atau eko-arsitektur. (Krusche, Per et sl. Oekologisches Bauen. Wiesbaden, Berlin 1982. Hlm.7 )
    Sebenarnya, eko-arsitektur tersebut mengandung bagian-bagian dari arsitektur biologis (arsitektur kemanusiaan yang memperhatikan kesehatan), arsitektur alternative, arsitektur matahari (dengan memanfaatkan energi surya), arsitektur bionic (teknik sipil dan konstruksi yang memperhatikan kesehatan manusia), serta biologi pembangunan.Eko-arsitektur tidak menentukan apa yang seharusnya terjadi dalam arsitektur karena tidak ada sifat khas yang mengikat sebagai standar atau ukuran baku. Namun, eko-arsitektur mencakup keselarasan antara manusia dan lingkungan alamnya.

    Apa Ciri yang perlu diperhatikan dari Eko-Arsitektur?

    1. Penyelidikan kualitas

    2. Bentuk dan struktur bangunan

    3. Pencahayaan dan warna

    4. Keseimbangan dengan alam

    5. Alam dan iklim tropis

    6. Sinar matahari dan orientasi bangunan

    7. Angin dan pengudaraan ruangan
    Ketujuh unsur ini harus dimiliki oleh bangunan eko-arsitektur

    Contoh dari bangunan eko arsitektur adalah Perpustakaan Pusat Unversitas Indonesia yang berlokasi di Depok, Jawa Barat.

    PERPUSTAKAAN PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA

    Perpustakaan ini merupakan pengembangan dari perpustakaan pusat yang dibangun pada tahun 1986-1987, yang dibangun di area seluas 3 hektare dengan 8 lantai yang didanai oleh Pemerintah dan Industri dengan anggaran Rp 100 Miliar yang dirancang bediri di atas bukit buatan yang terletak di pinggir danau. Perpustakaan ini menganut konsep (Eco Building) mulai dibangun semenjak Juni 2009. Bahwa kebutuhan eergi menggunakan sumber energy terbarukan yaitu energy matahari (solar energy. Dengan konsep semua kebutuhan didalam gedung tidak diperbolehkan mengunakan plastic dalam bentuk apapun dan bangunan ini didesain bebas asap rokok, hemat istrik, air dan kertas. Selain itu, Perpustakaan ini memiliki 3-5 juta judul buku, dilengkapi ruang baca, 100 silent room bagi dosen dan mahasiswa, taman, restoran, bank, serta toko buku. Perpustakaan ini diperkirakan mampu menampung 10.000 pengunjung dalam waktu bersamaan atau 20.000 pengunjung per hari. Sebagian kebutuhan energi perpustakaan ini dipasok dari pembangkit listrik tenaga surya.

    Apa Komponen Eko-Arsitektur yang diterapkan pada bangungan Perpustakaan Pusat UI tsb?

    – Penggunaan Bukit Buatan pada Atap bangunan yang berfungsi sebagai pendingin suhu di dalam ruangan, sehingga dapat mereduksi fungsi alat pendingin.
    – Pencahayaan Alami yang dilakukan melalui Jendela-jendela besar diseluruh ruangan sehingga penerangan pada siang dan sore hari memanfaatkan sinar matahari melalui solar cell
    – Penggunaan sirkulasi yang maksimal melalui sistem void yang menghubungkan antar ruang satu dengan yang lainnya seingga ruang terkesan saling menyambung.
    – Untuk memenuhi standar ramah lingkungan, bangunan dilengkap I oleh Sewage Treatmen Plant yang berfungsi mengolah air kotor menjadi air bersih sehingga air dapat dialirkan ke tanaman-tanaman yang berada dibukit/atap bangunan.
    – Interior dan Eksterior bangunan terbuat dari bahan alami yaitu bebatuan yaitu paliman palemo dan batu alam andesit karena Curah hujan yang sedang sehingga pemilihan bahan eksterior batu paling cocok karena selain tahan air juga tidak mudah mengalami pelapukan selain itu penggunakan batu ini tidak perlu pengecatan ulang.

    REFERENSI
    http://id.wikipedia.org/wiki/Crystal_of_Knowledge
    Frick, Heinz. Dasar-dasar eko-arsitektur. Edisi ke-1. Yogyakarta: Yayasan Kanisius, 199
    PENERAPAN ARSITEKTUR EKOLOGI PADA BANGUNAN RESORT DI KAWASAN PUNCAK .doc by Diana Susilowati

    ISU/POTENSI ALAMI MENJADI MODAL POKOK PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERKAIT ARSITEKTUR BERKELANJUTAN

    Standard

    PENGGUNAAN BAHAN HEMAT ENERGI DAN PENERAPAN EKO-ARSITEKTUR

    LATAR BELAKANG

    Seperti yang kita ketahui, Sumber Daya Alam yang kita miliki adalah terbatas jumlahnya. Dan pembangunan semakin semarak kini baik pembangunan infrastruktur maupun perumahan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Selain itu, semaraknya Global Warming semakin terasa kini cuaca tak menentu dan tidak dapat dipastikan. Bangunan merupakan penyaring faktor alamiah penyebab ketidaknyamanan, seperti hujan, terik matahari, angin kencang, dan udara panas tropis, agar tidak masuk ke dalam bangunan. Udara luar yang panas dimodifikasi bangunan dengan bantuan AC menjadi udara dingin. Dalam hal ini dibutuhkan energi listrik untuk menggerakkan mesin AC. Demikian juga halnya bagi penerangan malam hari atau ketika langit mendung, diperlukan energi listrik untuk lampu penerang.

    PEMBAHASAN

    Penghematan energi melalui rancangan bangunan mengarah pada penghematan penggunaan listrik, baik bagi pendinginan udara, penerangan buatan, maupun peralatan listrik lain. Dengan strategi perancangan tertentu, bangunan dapat memodifikasi iklim luar yang tidak nyaman menjadi iklim ruang yang nyaman tanpa banyak mengonsumsi energi listrik. Kebutuhan energi per kapita dan nasional dapat ditekan jika secara nasional bangunan dirancang dengan konsep hemat energi. Hal inilah yang menuntut seorang arsite untuk membuka jalan untuk dapat mengatasi permasalahan tersebut dengan inovasi-inovasi terbaru. Para arsitek di Barat memulai langkah merancang bangunan hemat energi sejak krisis energi tahun 1973, sementara hingga kini-30 tahun sejak krisis energi di negara Barat-belum juga muncul pemikiran ke arah itu di kalangan arsitek Indonesia. Karena rancangan arsitek merupakan media yang memberi dampaksecara langsung terhadap lingkungan. Hal inilah yang memunculkan konsep yang berwawasan lingkungan yaitu Eko-Arsitektur yang sebagai bentuk kepedulian. Pola perencanaan Eko-arsitektur suatu bangunan selalu memanfaatkan peredaran alam sebagai berikut.
    Perancangan bangunan dapat dilakukan dengan dua cara: secara pasif dan aktif.

    APA YANG DIMAKSUD DENGAN PERANCANGAN PASIF ?

    Perancangan pasif merupakan cara penghematan energi melalui pemanfaatan energi matahari secara pasif, yaitu tanpa mengonversikan energi matahari menjadi energi listrik. Rancangan pasif lebih mengandalkan kemampuan arsitek bagaimana rancangan bangunan dengan sendirinya mampu “mengantisipasi” permasalahan iklim luar.
    Perancangan pasif di wilayah tropis basah seperti Indonesia umumnya dilakukan untuk mengupayakan bagaimana pemanasan bangunan karena radiasi matahari dapat dicegah, tanpa harus mengorbankan kebutuhan penerangan alami. Sinar matahari yang terdiri atas cahaya dan panas hanya akan dimanfaatkan komponen cahayanya dan menepis panasnya.
    Strategi perancangan bangunan secara pasif di Indonesia bisa dijumpai terutama pada bangunan lama karya Silaban: Masjid Istiqal dan Bank Indonesia; karya Sujudi: Kedutaan Prancis di Jakarta dan Gedung Departemen Pendidikan Nasional Pusat; serta sebagian besar bangunan kolonial karya arsitek-arsitek Belanda. Meskipun demikian, beberapa bangunan modern di Jakarta juga tampak diselesaikan dengan konsep perancangan pasif, seperti halnya Gedung S Widjojo dan Wisma Dharmala Sakti, keduanya terletak di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta.

    APA YANG DIMAKSUD DENGAN PERANCANGAN AKTIF?

    Dalam rancangan aktif, energi matahari dikonversi menjadi energi listrik sel solar, kemudian energi listrik inilah yang digunakan memenuhi kebutuhan bangunan. Dalam perancangan secara aktif, secara simultan arsitek juga harus menerapkan strategi perancangan secara pasif. Tanpa penerapan strategi perancangan pasif, penggunaan energi dalam bangunan akan tetap tinggi apabila tingkat kenyamanan termal dan visual harus dicapai.
    Strategi perancangan aktif dalam bangunan dengan sel solar belum dijumpai di Indonesia saat ini. Penggunaan sel solar masih terbatas pada kebutuhan terbatas bagi penerangan di desa-desa terpencil Indonesia.
    Salah satu bangunan yang dianggap paling berhasil menerapkan teknik perancangan pasif dan aktif secara simultan dan sangat berhasil dalam mengeksploitasi penggunaan sel solar adalah bangunan paviliun Inggris (British pavillion). Bangunan ini dirancang Nicholas Grimshaw & Partner, arsitek yang juga merancang Waterloo International Railway Station yang menghubungkan Inggris dengan Perancis melalui jalur bawah laut. Paviliun Inggris ini dibangun di kompleks Expo 1992 di kota Seville, Spanyol, sebagai perwujudan hasil sayembara tahun 1989 yang dimenangi arsitek tersebut.
    Langkah merancang bangunan hemat energi baik secara pasif maupun aktif seperti di atas perlu dicermati. Sudah waktunya para arsitek Indonesia memulainya. Jika dalam waktu dekat Indonesia menjadi negara pengimpor minyak neto dan harga BBM dan tarif listrik dalam negeri melambung, sebagian besar bangunan yang boros energi tidak lagi dapat berfungsi. Pemakai bangunan akan menemui kesulitan menanggung biaya listrik untuk lift, AC, pompa, dan peralatan lain, yang tinggi. Masih ada waktu untuk menghindari situasi buruk semacam ini dengan memulai merancang bangunan yang hemat energi, hemat listrik, sejak sekarang.

    Bahan bangunan yang digunakan untuk sebuah proyek pembangunan merupakan prioritas utama yang perlu diperhatikan apabila Kesalahan desain dan kesalahan memilah bahan bangunan yang berakibat boros energy akan berdampak terhadap biaya operasional bangunan tersebut dan efeknya juga akan mengganggu pengguna/manusia dan lingkungannya.

    REFERENSI
    http://www.jurnalinsinyurmesin.com/index.php?option=com_content&view=article&id=65