Pengembalian Fungsi Pedestrian Sebagai Fasilitas Umum

Standard

Pendekatan Teori Kritik

Pedestrian berasal dari bahasa Yunani, dimana berasal dari kata pedos yang berarti kaki, sehingga pedestrian dapat diartikan sebagi pejalan kaki atau orang yang Berjalan kaki, dalam hal ini memiliki arti pergerakan atau perpindahan orang atau manusia dari satu tempat sebagai titik tolak ke tempat lain sebagai tujuan dengan menggunakan moda jalan kaki atau secara harfiah, pedestrian berarti “ person walking in the street “, yang berarti orang yang berjalan di jalan. Jalur pedestrian ini juga merupakan elemen penting dalam perancangan kota, karena tidak lagi berorientasi pada keindahan semata, akan tetapi juga pada masalah kenyamanan dengan didukung oleh kegiatan pedagang eceran yang dapat memperkuat kehidupan ruang kota yang ada. Sistem jalur pedestrian yang baik akan mengurangi keterikatan terhadap kendaraan di kawasan pusat kota, meningkatkan penggunaan pejalan kaki, mempertinggi kualitas lingkungan melalui sistem perancangan yang manusiawi, menciptakan kegiatan pedagang kaki lima yang lebih banyak dan akhirnya akan membantu kualitas udara di kawasan tersebut.

Adapun persyaratan teknis sebuah pedestrian meliputi :

  1. Kebutuhan fasilitas pejalan kaki biasanya terkosentrasi didaerah perkotaan, mengingat dinamika masyarakatnya yang cukup tinggi terutama dipusat-pusat keramaian seperti pusat perdagangan, stasiun, terminal, sekolahan, dan lain sebagainya.
  2. Hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan fasilitas pejalan kaki adalalah :
  3. Mudah dan jelas, fasilitas yang dibuat harus mudah diakses dan cepat dikenali
  4. Nyaman dan aman, fasilitasnya harus dirancang yang menyenangkan dan aman dari sisi konstruksi dan lingkungan.
  5. Sebaiknya menerus, langsung dan lurus ke tempat tujuan.
  6. Penyediaan jembatan penyeberangan disuatu lokasi sangat ditentukan oleh seberapa besar arus pejalan kaki yang menyeberang, volume arus kendaraan baik di ruas maupun di simpang serta banyaknya kecelakaan yang terjadi dilokasi tersebut, serta gangguan-gangguan samping lainnya seperti parkir, pedang kaki lima serta aktivitas perdagangan lainnya yang justru dapat menghambat berfungsinya jembatan penyeberangan yang ada.

Namun nyatanya, di beberapa daerah pembangunan pedestrian/jalur pejalan kaki belum memenuh standar teknis.

Permasalahan

Di kota Depok khususnya daerah Jalan Margonda Raya dan Jalan Akses UI. Kini Depok sedang melakukan renovasi pedestrian, hampir setiap tahun dilakukannya pembongkaran trotoar/pedestrian. Berikut merupakan Potret Pedestrian dijalan Raya Margonda dan Jalan Akses UI;

  1. Pedestrian Jalan Raya Margonda

pedestrian-margonda

Sumber: Google Earth

Potret ruas pedestrian dijadikan sebagai area perdagangan oleh pedagang kaki lima

pedestrian-margonda-2Sumber: Google Earth

Potret ruas pedestrian dijadikan parkir dan tempat usaha, sehingga pejalan kaki menggunakan bahu jalan untuk berjalan

2. Pedestrian Jalan Akses UI

pedestrian-kelapa-2 Sumber: Google Earth

Potret pedestrian di jalan Akses UI, kondisi fisik yang tidak nyaman lebar hanya 1 meter dengan material semen yang di plur dan di beberapa sisinya terlihat sudah pecah/rusak.

Kritik

Pada Jalan Margonda Raya lahan pedestrian digunakan oleh pedagang kaki lima untuk berjualan dan lahan parkir bagi pengunjung toko baik siang hari maupun malam hari sehingga memakan jalur pedestrian yang hanya memiliki lebar ±1.5m. Hal ini menyebabkan para pengguna jalur pedestrian terganggu kenyamanannya sehingga akan membuat mereka lebih memilih berjalan di bahu jalan walaupun membahayakan atau menggunakan angkutan umum dibandingkan berjalan melalui jalur pedestrian.  Selain lahan parkir yang termakan oleh aktivitas perdagangan, jalur pedestrian pada Jalan Akses UI dapat dikatakan tidak memenuhi persyaratan fisik, atau dapat dikatakan tidak terawat, banyak lantai pedestrian yang pecah/rusak sepanjang jalan dan belum ada tindak lanjut untuk pedestrian di daerah ini.

Pedestrian di Kota depok kini dalam proses renovasi, perbaikan meliputi saluran drainase pada bagian bawah pedestrian, penggantian material pada lantai pedestrian dan penambahan jalur lantai untuk difabel, seharusnya pengadaan jalur ini sudah ada dari dulu karena merupakan fasilitas umum.

pedestrian-3 Sumber: Google Earth

pedestrian-4Sumber: Google Earth

Meskipun sudah nyaman dan terawat, jalur pedestrian di sepanjang jalan Margonda Raya masih tidak berfungsi sebagaimana fungsinya meskipun kini pedagang kaki lima sudah dipindahkan di tepi jalur pedestrian namun, kebiasaan jalur pedestrian yang difungsikan sebagai lahan parkir masih tidak terbantah. , hal ini disebabkan karena tingginya elevasi lantai terhadap ground/jalan utama selain itu jarak yang berdekatan memuat para pejalan kaki merasa lelah karena harus naik dan  turun pedestrian/trotoar. Selain itu disepanjang jalur pedestrian di Jalan Raya Margonda jalur tidak difasilitasi dengan peneduh hal ini menyebabkan sebagian masyarakat masih banyak yang memilih berjalan di bahu jalan di banding menggunakan fasilitas pedestrian atau naik kendaraan umum untuk menempuh jarak yang dekat ketika siang hari karena panas.

analisa

Sumber : Analisis Pribadi

Dari ilustrasi diatas dapat dilihat elevasi trotoar yang cukup tinggi ±20 cm dan pemotong/jalan masuk ke toko/ruko di sekitar jalan yang memotong trotoar yang berdekatan membuat pengguna jalur pedestrian harus melangkah ekstra untuk turun dan menaiki trotoar selain itu kurangnya tanaman peneduh disekitar jalur.

analisis

Sumber : Analisis Pribadi

Dari ilustrasi kedua dapat dilihat sebaiknya trotoar/ jalur dibuat flow/ramp ketika berpotongan dengan jalan masuk ke toko/ruko sehingga jalur pedestrian nyaman digunakan dan aman untuk difabel, selain itu juga penambahan tanaman peneduh agar disiang hari jalur tidak terasa panas.

Leave a comment